Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
Yang terhormat, Bapak Masduki dan Bapak Habib Abu Bakar selaku guru pengajar pendidikan agama Islam, serta teman-temanku sekalian yang saya sayangi.
Alhamdulillah, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunianya, kita masih bisa berkumpul di pagi hari yang cerah ini seperti minggu-minggu sebelumnya dalam keadaan sehat wal afiat. Tak lupa, shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita, Muhammad SAW.
Hadirin sekalian yang dirahmati Allah,
Sifat sombong, takabur dan tinggi hati selalu beranjak dari asumsi bahwa dirinya memiliki kelebihan, keistimewaan, keunggulan dan kemuliaan ketika dihadapkan pada kepemilikan orang lain. Allah membenci makhluk-Nya yang memunculkan sikap dan bersifat sombong. Kesombongan adalah sifat mutlak Allah yang tidak dibenarkan untuk dimiliki oleh selain-Nya. Manusia yang menyombongkan diri berarti telah merampas sifat mutlak Allah. Ia telah berusaha menyamai Allah yang Maha Kuasa. Dan, berarti mensekutukan Allah yang Maha Tunggal. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a, Rasulullah bersabda:
“Jika seorang berkata karena sombong. Celakalah manusia. Maka ia akan menjadi paling binasa.”(H.R.Muslim)
Kesombongan yang berawal dari perasaan lebih atas orang lain, yang selanjutnya memunculkan sikap takabur, dan dari sana lalu timbul sikap gampang menganggap rendah orang lain adalah awal dari kerusakan tatanan sosial masyarakat. Islam datang guna menyempurnakan keadaan masyarakat dengan menata aliran dan perputaran interaksi sosial. Tanpa adanya kesamaan hak dan kewajiban setiap anggota masyarakat, niscaya yang berlaku pertama kali dalam masyarakat tersebut adalah ketimpangan. Segala peraturan dalam masyarakat yang didasarkan pada kontrak-sosial? begitu pula, tak akan berlangsung mulus tanpa adanya pengakuan martabat setiap peribadi anggotanya. Kesetaraan dan kesejajaran sebagai modal utama kehidupan bermasyarakat akan segera hancur dengan keberadaan beberapa individu anggota masyarakat yang mengedepankan perilaku sombong. Nabi bersabda:
“Sesungguhnya Allah mewahyukan kepada saya supaya kamu bertawadlu, sehingga tidak seorang-pun menganiaya orang lain, dan tidak seorang-pun menyombongkan diri pada orang lain.”(H.R.Muslim)
Hadirin sekalian,
Sadarkah anda, harta, jabatan, popularitas dan semua yang kita miliki dan banggakan tidaklah bernilai di hadapan Allah? Marilah kita renungkan sejenak, seberapa berartikah manusia di hadapanNya.
Dalam pembahasan matematika tentang himpunan, Allah bisa diumpamakan sebagai ‘Semesta Pembicaraan’. Tidak ada lagi pembicaraan yang bisa dilakukan selain diriNya.
Katakanlah, sekarang kita berbicara tentang angka. Berarti semesta pembicaraan kita adlah ANGKA. Tidak ada angka apa pun di luar ‘Semesta Pembicaraan’ itu. ANGKA NEGATIF berada di dalam pembicaraan kita, ANGKA NOL juga berada dalam pembicaraan, ANGKA POSITIF juga termasuk, ANGKA PECAHAN pun ada di dalamnya. Pokoknya semua jenis angka berada di dalam ‘Semesta Pembicaraan’.
Lantas aya bertanya, dimanakah angka 1 berada? Anda pasti akan menjawabnya dengan tegas, DI DALAM SEMESTA PEMBICARAAN. Sya bertanya lagi, dimana angka 100 juta? Tanpa ragu anda akan menjawab SEMESTA PEMBICARAAn. Dimanakah angka minus 1 milyar? Dimanakah angka seperseratus trilyun? Jawabannya tetap sama, itu semua berada di dalam SEMESTA PEMBICARAAN.
Jadi, angka positif, negative, pecahan, nol dan semua jenis angka berada dalam semesta pembicaraan. Bahkan, himpunan kosong juga berada dalam semesta pembicaraan. Dengan kata lain, semesta pembicaraan memuat semua angka, yang ADA maupun yang TIADA.
Hadirin sekalian,
Bila kita mengumpamakan Allah sebagai semesta pembicaraan, maka makhluk-makhluknya adalah himpunan anggota-anggotaNya yang berda di dalamNya.
Di dalam Allah, ada himpunan manusia yang terdiri dari segala jenis manusia. Di dalamNya juga ada himpunan malaikat, himpunan binatang dan himpunan tumbuhan. Di dalamNya juga ada himpunan bendamati, bahkan himpunan benda-benda angkasa.
Di dalam Allah juga ada himpunan waktu, himpunan ruang, himpunan informasi, himpunan etika, dan semua himpunan di semesta alam.
Maka, manusia hanyalah salah satu dari himpunan semesta Allah. Himpunan manusia ini beranggotakan sekitar 5 milyar manusia dari segala bangsa. Lima milyar manusia itu ditempatkan pada sebuah himpunan yang lebih besar bernama bumi. Anggotanya selain manusia yaitu, binatang, tumbuhan, air , udara dan lain-lain.
Himpunan bumi itu pun ditempatkan oleh Allah di himpunan yang lebih besar bernama Tata Surya. Tata surya berisi matahari, 9 planet, satelit-satelit, asteroid, meteor dan benda-benda kosmik lain.
Tata surya ditempatkan dalam himpunan yang lebih besar yaitu Galaksi Bima Sakti. Anggotanya sekitar seratus milyar bintang, bermilyar-milyar planet dan satelit, bahkan juga terdapat berbagai macam bintang seperti bintang neutron, nova dan supernova.
Galaksi Bima Sakti pun berada dalam sebuah SUPERKLUSTER yang terdiri dari 100 milyar galaksi. Bahkan, bermilyar SUPERKLUSTER pun ditempatkan pada sebuah ruang yang jauh lebih besar yang sering disebut ALAM SEMESTA.
Dan, alam semesta pun bukanlah himpunan terbesar. Masih ada ALAM SEMESTA BERTINGKAT TUJUH. Dan setiap tingkatan itu besarnya berlipat-lipat besarnya dari alam semesta yang kita ketahui lewat astronomi.
Alam semesta bertingkat tujuh itu pun bukanlah yang terbesar, ia masih berada di dalam makhluk ciptaan Allah. Lalu, bisa anda bayangkan seberapa ukuran kita disbanding denganNya?
Hadirin sekalian yang dirahmati Allah,
Jika Allah adalah semesta pembicaraan, bisa kita simpulkan bahwa manusia hanyalah sebuah titik tak terlihat di dalam himpunan Allah. Ibaratnya, manusia adalah angka yang kecil tak terhingga!
Jadi sebenarnya kita ini NOL di dalam Allah! Kita ini KOSONG! Kita ini SEMU! Persis seperti angka nol, ada lambangnya, tetapi sebenarnya kosong tak bernilai. Kita ini tak ada nilainya di hadapan Allah. Kelihatannya saja ADA, tapi sebenarnya TIADA!
Lantas siapakah yang sebenarnya ada? Dia lah himpunan semesta pembicaraan angka-angka, ALLAH AZZA WA JALLA..
Hadirin yang berbahagia,
Dari uraian singkat di atas, dapatlah kita memetik hikmah, bahwa kita sama sekali tidak pantas untuk menyombongkan apa yang kita punya, bahkan diri kita sendiri.
Semoga, apa yang samya sampaikan di pagi hari ini dapat memberikan manfaat bagi anda sekalian yang berkenan mendengarkan. Kiranya cukup sampai di sini yang bisa saya sampaikan, kurang lebihnya saya mohon maaf.
Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
Oleh : Yasmine Citra D. U. / XI A 1 / 23
Yang terhormat, Bapak Masduki dan Bapak Habib Abu Bakar selaku guru pengajar pendidikan agama Islam, serta teman-temanku sekalian yang saya sayangi.
Alhamdulillah, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunianya, kita masih bisa berkumpul di pagi hari yang cerah ini seperti minggu-minggu sebelumnya dalam keadaan sehat wal afiat. Tak lupa, shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita, Muhammad SAW.
Hadirin sekalian yang dirahmati Allah,
Sifat sombong, takabur dan tinggi hati selalu beranjak dari asumsi bahwa dirinya memiliki kelebihan, keistimewaan, keunggulan dan kemuliaan ketika dihadapkan pada kepemilikan orang lain. Allah membenci makhluk-Nya yang memunculkan sikap dan bersifat sombong. Kesombongan adalah sifat mutlak Allah yang tidak dibenarkan untuk dimiliki oleh selain-Nya. Manusia yang menyombongkan diri berarti telah merampas sifat mutlak Allah. Ia telah berusaha menyamai Allah yang Maha Kuasa. Dan, berarti mensekutukan Allah yang Maha Tunggal. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a, Rasulullah bersabda:
“Jika seorang berkata karena sombong. Celakalah manusia. Maka ia akan menjadi paling binasa.”(H.R.Muslim)
Kesombongan yang berawal dari perasaan lebih atas orang lain, yang selanjutnya memunculkan sikap takabur, dan dari sana lalu timbul sikap gampang menganggap rendah orang lain adalah awal dari kerusakan tatanan sosial masyarakat. Islam datang guna menyempurnakan keadaan masyarakat dengan menata aliran dan perputaran interaksi sosial. Tanpa adanya kesamaan hak dan kewajiban setiap anggota masyarakat, niscaya yang berlaku pertama kali dalam masyarakat tersebut adalah ketimpangan. Segala peraturan dalam masyarakat yang didasarkan pada kontrak-sosial? begitu pula, tak akan berlangsung mulus tanpa adanya pengakuan martabat setiap peribadi anggotanya. Kesetaraan dan kesejajaran sebagai modal utama kehidupan bermasyarakat akan segera hancur dengan keberadaan beberapa individu anggota masyarakat yang mengedepankan perilaku sombong. Nabi bersabda:
“Sesungguhnya Allah mewahyukan kepada saya supaya kamu bertawadlu, sehingga tidak seorang-pun menganiaya orang lain, dan tidak seorang-pun menyombongkan diri pada orang lain.”(H.R.Muslim)
Hadirin sekalian,
Sadarkah anda, harta, jabatan, popularitas dan semua yang kita miliki dan banggakan tidaklah bernilai di hadapan Allah? Marilah kita renungkan sejenak, seberapa berartikah manusia di hadapanNya.
Dalam pembahasan matematika tentang himpunan, Allah bisa diumpamakan sebagai ‘Semesta Pembicaraan’. Tidak ada lagi pembicaraan yang bisa dilakukan selain diriNya.
Katakanlah, sekarang kita berbicara tentang angka. Berarti semesta pembicaraan kita adlah ANGKA. Tidak ada angka apa pun di luar ‘Semesta Pembicaraan’ itu. ANGKA NEGATIF berada di dalam pembicaraan kita, ANGKA NOL juga berada dalam pembicaraan, ANGKA POSITIF juga termasuk, ANGKA PECAHAN pun ada di dalamnya. Pokoknya semua jenis angka berada di dalam ‘Semesta Pembicaraan’.
Lantas aya bertanya, dimanakah angka 1 berada? Anda pasti akan menjawabnya dengan tegas, DI DALAM SEMESTA PEMBICARAAN. Sya bertanya lagi, dimana angka 100 juta? Tanpa ragu anda akan menjawab SEMESTA PEMBICARAAn. Dimanakah angka minus 1 milyar? Dimanakah angka seperseratus trilyun? Jawabannya tetap sama, itu semua berada di dalam SEMESTA PEMBICARAAN.
Jadi, angka positif, negative, pecahan, nol dan semua jenis angka berada dalam semesta pembicaraan. Bahkan, himpunan kosong juga berada dalam semesta pembicaraan. Dengan kata lain, semesta pembicaraan memuat semua angka, yang ADA maupun yang TIADA.
Hadirin sekalian,
Bila kita mengumpamakan Allah sebagai semesta pembicaraan, maka makhluk-makhluknya adalah himpunan anggota-anggotaNya yang berda di dalamNya.
Di dalam Allah, ada himpunan manusia yang terdiri dari segala jenis manusia. Di dalamNya juga ada himpunan malaikat, himpunan binatang dan himpunan tumbuhan. Di dalamNya juga ada himpunan bendamati, bahkan himpunan benda-benda angkasa.
Di dalam Allah juga ada himpunan waktu, himpunan ruang, himpunan informasi, himpunan etika, dan semua himpunan di semesta alam.
Maka, manusia hanyalah salah satu dari himpunan semesta Allah. Himpunan manusia ini beranggotakan sekitar 5 milyar manusia dari segala bangsa. Lima milyar manusia itu ditempatkan pada sebuah himpunan yang lebih besar bernama bumi. Anggotanya selain manusia yaitu, binatang, tumbuhan, air , udara dan lain-lain.
Himpunan bumi itu pun ditempatkan oleh Allah di himpunan yang lebih besar bernama Tata Surya. Tata surya berisi matahari, 9 planet, satelit-satelit, asteroid, meteor dan benda-benda kosmik lain.
Tata surya ditempatkan dalam himpunan yang lebih besar yaitu Galaksi Bima Sakti. Anggotanya sekitar seratus milyar bintang, bermilyar-milyar planet dan satelit, bahkan juga terdapat berbagai macam bintang seperti bintang neutron, nova dan supernova.
Galaksi Bima Sakti pun berada dalam sebuah SUPERKLUSTER yang terdiri dari 100 milyar galaksi. Bahkan, bermilyar SUPERKLUSTER pun ditempatkan pada sebuah ruang yang jauh lebih besar yang sering disebut ALAM SEMESTA.
Dan, alam semesta pun bukanlah himpunan terbesar. Masih ada ALAM SEMESTA BERTINGKAT TUJUH. Dan setiap tingkatan itu besarnya berlipat-lipat besarnya dari alam semesta yang kita ketahui lewat astronomi.
Alam semesta bertingkat tujuh itu pun bukanlah yang terbesar, ia masih berada di dalam makhluk ciptaan Allah. Lalu, bisa anda bayangkan seberapa ukuran kita disbanding denganNya?
Hadirin sekalian yang dirahmati Allah,
Jika Allah adalah semesta pembicaraan, bisa kita simpulkan bahwa manusia hanyalah sebuah titik tak terlihat di dalam himpunan Allah. Ibaratnya, manusia adalah angka yang kecil tak terhingga!
Jadi sebenarnya kita ini NOL di dalam Allah! Kita ini KOSONG! Kita ini SEMU! Persis seperti angka nol, ada lambangnya, tetapi sebenarnya kosong tak bernilai. Kita ini tak ada nilainya di hadapan Allah. Kelihatannya saja ADA, tapi sebenarnya TIADA!
Lantas siapakah yang sebenarnya ada? Dia lah himpunan semesta pembicaraan angka-angka, ALLAH AZZA WA JALLA..
Hadirin yang berbahagia,
Dari uraian singkat di atas, dapatlah kita memetik hikmah, bahwa kita sama sekali tidak pantas untuk menyombongkan apa yang kita punya, bahkan diri kita sendiri.
Semoga, apa yang samya sampaikan di pagi hari ini dapat memberikan manfaat bagi anda sekalian yang berkenan mendengarkan. Kiranya cukup sampai di sini yang bisa saya sampaikan, kurang lebihnya saya mohon maaf.
Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
Oleh : Yasmine Citra D. U. / XI A 1 / 23
Komentar
Posting Komentar