Kamu gak benar-benar tau. Setidaknya tentang siapa aku. Keacuhanmu itulah yang jadi penyebabnya. Kenapa tak kamu beri aku kesempatan buat mengenalmu lebih? Tak hanya sekedarnya saja sejak hampir sebulan lalu.
Pagi itu bukan pagi yang biasa, setidaknya bagiku dan teman-teman. Aku pergi mencari ilmu bukan di tempat yang biasanya. Sempat jenuh dan lelah. Dengan semua materi yang aku terima. Tiba-tiba kamu datang, dan mengejutkanku. Tak tau kenapa, aku menganggapmu berbeda. Dan akhirnya kamu mengenalkan diri padaku dan teman-temanku. Datar. Tak ada yang spesial.
Lalu kamu kerjakan tugasmu, dan aku larut dalam pekerjaanku. Sesekali kamu memberitahuku, dan aku hanya mengangguk setuju.
Hari berikutnya tak jauh beda. Kau masih dingin sedingin kemarin. Padahal bagiku AC di ruang ini dan hujan di luar sana sudah cukup membuatku menggigil. Tapi, tak ku sangkal bahwa aku memerhatikanmu, gerak-gerikmu. Hingga kau menyelesaikan tugasmu, dengan baik. Sangat baik.
Dan aku merasa bodoh, tak banyak membantumu saat itu. Maafkan aku.
Beberapa jam setelah itu, aku pergi, benar-benar pergi dari tempat itu, dan dari kamu. Mungkin kamu tak mengingatku sedikitpun. Tapi aku, akan mengingatmu, banyak tentangmu di dua hari itu.
Entah sudah berapa ribu kali jarum jam berdetak, dan kamu datang di pikiranku. Kamu datang atas nama rindu. Tak pernah ku sangka kau akan membawa racun itu. Sungguh, tak inginku merindukanmu karena itu sungguh sakit. Namun kau tetap menari di hatiku.
Aku mencoba berkomunikasi denganmu. Dan itu gagal. Kamu lebih dingin. Datar. Aku mencoba bersabar dan menanam harap suatu saat kita bisa bertemu. Sampai aku tau, bahwa hatimu sudah berpenghuni.
Tak tau harus bagaimana, ku ingin lari. Meninggalkan perasaan bodoh ini di laut, biar ombak mengikisnya perlahan. Sakit. Kamu tak pernah tau tentang semua ini.
Aku yang tersenyum di belakangmu, dan berharap kau berbalik dan senyum padaku..
Aku yang memperhatikanmu, berdoa semoga kau tengadahkan wajahmu dan menatapku..
Aku yang merindukanmu,
walau ku tau semua harapku tentangmu tak pernah nyata..
Pagi itu bukan pagi yang biasa, setidaknya bagiku dan teman-teman. Aku pergi mencari ilmu bukan di tempat yang biasanya. Sempat jenuh dan lelah. Dengan semua materi yang aku terima. Tiba-tiba kamu datang, dan mengejutkanku. Tak tau kenapa, aku menganggapmu berbeda. Dan akhirnya kamu mengenalkan diri padaku dan teman-temanku. Datar. Tak ada yang spesial.
Lalu kamu kerjakan tugasmu, dan aku larut dalam pekerjaanku. Sesekali kamu memberitahuku, dan aku hanya mengangguk setuju.
Hari berikutnya tak jauh beda. Kau masih dingin sedingin kemarin. Padahal bagiku AC di ruang ini dan hujan di luar sana sudah cukup membuatku menggigil. Tapi, tak ku sangkal bahwa aku memerhatikanmu, gerak-gerikmu. Hingga kau menyelesaikan tugasmu, dengan baik. Sangat baik.
Dan aku merasa bodoh, tak banyak membantumu saat itu. Maafkan aku.
Beberapa jam setelah itu, aku pergi, benar-benar pergi dari tempat itu, dan dari kamu. Mungkin kamu tak mengingatku sedikitpun. Tapi aku, akan mengingatmu, banyak tentangmu di dua hari itu.
Entah sudah berapa ribu kali jarum jam berdetak, dan kamu datang di pikiranku. Kamu datang atas nama rindu. Tak pernah ku sangka kau akan membawa racun itu. Sungguh, tak inginku merindukanmu karena itu sungguh sakit. Namun kau tetap menari di hatiku.
Aku mencoba berkomunikasi denganmu. Dan itu gagal. Kamu lebih dingin. Datar. Aku mencoba bersabar dan menanam harap suatu saat kita bisa bertemu. Sampai aku tau, bahwa hatimu sudah berpenghuni.
Tak tau harus bagaimana, ku ingin lari. Meninggalkan perasaan bodoh ini di laut, biar ombak mengikisnya perlahan. Sakit. Kamu tak pernah tau tentang semua ini.
Aku yang tersenyum di belakangmu, dan berharap kau berbalik dan senyum padaku..
Aku yang memperhatikanmu, berdoa semoga kau tengadahkan wajahmu dan menatapku..
Aku yang merindukanmu,
walau ku tau semua harapku tentangmu tak pernah nyata..
Komentar
Posting Komentar